Pertumbuhan Ekonomi AS Kuartal Pertama dan Dampaknya terhadap Dolar AS
Pertumbuhan Ekonomi AS Kuartal Pertama dan Dampaknya terhadap Dolar AS
Ekonomi Amerika Serikat mengalami kontraksi sebesar 0.3% pada kuartal pertama tahun ini, menurut laporan Departemen Perdagangan. Angka ini lebih buruk dari perkiraan pasar yang memperkirakan pertumbuhan 0.3%, namun lebih baik daripada prediksi suram beberapa bank besar AS seperti Goldman Sachs yang memperkirakan kontraksi 0.8% dan J.P. Morgan yang memperkirakan penurunan 1.75%. Penurunan GDP kuartal pertama ini terjadi setelah pertumbuhan 2.4% pada kuartal keempat tahun lalu.
Penyebab utama penurunan GDP adalah lonjakan impor yang mencapai 41.3% selama tiga bulan pertama tahun ini. Lonjakan ini dipicu oleh upaya para importir untuk melakukan pembelian besar-besaran sebelum penerapan tarif bea cukai oleh pemerintahan Trump. Oliver Pursche, wakil presiden senior di Wealthspire Advisors, menjelaskan bahwa sebagian besar penurunan GDP disebabkan oleh peningkatan impor yang signifikan. Ia menambahkan, jika faktor ini dinormalisasi, maka pertumbuhan GDP kuartal pertama akan positif. Namun, hal ini tetap tidak menjanjikan untuk kuartal kedua.
Meskipun GDP mengalami kontraksi, konsumsi rumah tangga tetap tumbuh, meskipun dengan laju moderat. Pengeluaran konsumen untuk layanan, terutama perawatan kesehatan, tumbuh sebesar 2.4% pada kuartal pertama. Hal ini menunjukkan ketahanan daya beli rumah tangga Amerika.
Reaksi pasar terhadap data GDP ini cukup menarik. Dolar AS menguat terhadap beberapa mata uang utama. Terhadap Yen Jepang, dolar AS naik 0.3% menjadi 142.77 Yen, sementara Euro melemah 0.4% menjadi $1.1343. Meskipun demikian, dolar AS masih menuju penurunan bulanan terbesarnya terhadap Yen Jepang sejak Juli 2024, sementara Euro justru menuju kenaikan bulanan terbesarnya sejak November 2022. Poundsterling juga melemah 0.5% terhadap dolar AS menjadi $1.3340, meskipun untuk bulan April, Poundsterling naik 3.3% terhadap dolar AS, kenaikan terbesar sejak November 2023.
Laporan Konsumsi dan Inflasi Konsumen
Laporan terpisah menunjukkan kenaikan pengeluaran dan pendapatan konsumen AS, serta perlambatan inflasi tahunan, turut mendorong penguatan dolar AS. Pendapatan pribadi AS meningkat 0.5% pada bulan Maret dan pengeluaran naik 0.7%, keduanya melampaui perkiraan ekonom. Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), ukuran inflasi pilihan Federal Reserve, meningkat 2.3% dalam 12 bulan hingga Maret, turun dari 2.7% pada Februari. Inflasi inti tahunan juga mereda, naik 2.6% setelah naik 3.0% pada Februari. Pada tingkat bulanan, baik angka PCE utama maupun inti tidak berubah dari bulan sebelumnya.
Harry Chambers, ekonom asisten di Capital Economics, menyebut angka inflasi inti PCE yang hampir tidak berubah pada bulan Maret sebagai kabar baik. Namun, ia memprediksi inflasi inti akan kembali melonjak tajam dalam beberapa bulan mendatang, mengingat data tersebut dikumpulkan sebelum penerapan tarif bea cukai yang luas.
Data PCE ini memperkuat ekspektasi pasar akan dimulainya kembali pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan Juni, dengan total 100 basis poin (empat kali penurunan suku bunga 0.25 poin persentase) yang kemungkinan terjadi pada tahun 2025. Hal ini akan membawa suku bunga kebijakan bank sentral AS ke kisaran 3.25%-3.50% pada akhir tahun ini.
Data Pasar Tenaga Kerja dan Pasar Properti
Laporan lain menunjukkan perlambatan pertumbuhan upah di sektor swasta AS. Laporan ADP menunjukkan pertumbuhan gaji di sektor swasta hanya 62.000 pekerjaan pada bulan April, lebih rendah dari perkiraan ekonom sebesar 115.000 pekerjaan. Hal ini menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Indeks Penjualan Rumah yang Menunggu dari Asosiasi Nasional Realisator (NAR), yang didasarkan pada kontrak yang ditandatangani, melonjak 6.1% menjadi 76.5 pada bulan lalu, peningkatan terbesar sejak Desember 2023. Data ADP ini sedikit mengurangi penguatan dolar AS terhadap Yen Jepang.
Eugene Epstein, kepala perdagangan dan produk terstruktur, Amerika Utara, di Moneycorp di New Jersey, mencatat bahwa data GDP dan data ADP menunjukkan kondisi stagflasi, di mana pertumbuhan ekonomi lemah tetapi inflasi tetap tinggi. Ia menilai kondisi ini sebagai salah satu hal terburuk bagi perekonomian. Meskipun dolar AS sedikit menguat setelah data tersebut, secara keseluruhan tidak terjadi pergerakan yang signifikan.
Ringkasan Pergerakan Mata Uang
Berikut ringkasan pergerakan beberapa mata uang utama pada pukul 19:06 GMT tanggal 30 April:
- Indeks Dolar: 99.443 (naik 0.28%)
- Euro/Dolar: 1.135 (turun 0.29%)
- Dolar/Yen: 142.75 (naik 0.38%)
- Euro/Yen: 161.96 (turun 0.05%)
- Dolar/Swiss Franc: 0.8228 (turun 0.08%)
- Poundsterling/Dolar: 1.3342 (turun 0.48%)
- Dolar/Dolar Kanada: 1.378 (turun 0.38%)
- Dolar Australia/Dolar: 0.6407 (naik 0.38%)
- Euro/Swiss Franc: 0.934 (turun 0.39%)
- Euro/Poundsterling: 0.8505 (naik 0.19%)
- Dolar Selandia Baru/Dolar: 0.5943 (naik 0.29%)
- Dolar/Norwegian Krone: 10.3923 (naik 0.42%)
- Euro/Norwegian Krone: 11.7948 (turun 0.02%)
- Dolar/Swedish Krona: 9.6445 (naik 0.3%)
- Euro/Swedish Krona: 10.9536 (tidak berubah)
Data-data ekonomi ini menunjukkan gambaran yang kompleks tentang kondisi ekonomi AS. Meskipun konsumsi rumah tangga tetap kuat, pertumbuhan ekonomi yang lambat dan potensi peningkatan inflasi menimbulkan tantangan bagi Federal Reserve dalam menentukan kebijakan moneter yang tepat ke depan.