Pertumbuhan Ekonomi Singapura: Momentum Positif di Tengah Ketidakpastian Global
Pertumbuhan Ekonomi Singapura: Momentum Positif di Tengah Ketidakpastian Global
Singapura memulai tahun baru dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat, mencapai laju tercepat sejak 2021 berkat peningkatan ekspor. Namun, risiko yang muncul menambah ketidakpastian terhadap prospek pusat keuangan yang sangat bergantung pada perdagangan ini.
Tahun 2024: Pemulihan dan Pertumbuhan yang Kuat
Ekonomi negara-kota ini tumbuh sebesar 4,4% pada tahun 2024, melampaui ekspansi 1,8% pada tahun 2023 dan menandai pemulihannya dari perlambatan yang disebabkan oleh pandemi. Peningkatan ekspor, terutama produk elektronik, menjadi pendorong utama pertumbuhan ini. Kenaikan ekspor produk elektronik sebesar 8,2% setelah kontraksi 19,7% pada tahun 2023 menunjukkan kebangkitan sektor ini. Hong Kong dan Malaysia menjadi pasar ekspor utama Singapura, sementara pengiriman ke Jepang mengalami kontraksi lebih lanjut.
Prospek 2025: Perlambatan Pertumbuhan di Tengah Ketidakpastian Global
Momentum pertumbuhan ini diperkirakan akan melambat pada tahun 2025. Kementerian Perdagangan dan Industri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi antara 1,0% hingga 3,0%, dengan mempertimbangkan hambatan yang terkait dengan perdagangan global. Ketidakpastian ekonomi global yang signifikan, dengan risiko yang cenderung menurun, menjadi perhatian utama. Gesekan perdagangan di antara negara-negara ekonomi utama dan potensi eskalasi konflik geopolitik dapat meningkatkan biaya produksi dan menyebabkan lebih banyak ketidakpastian kebijakan ekonomi global. Hal ini kemungkinan akan mengurangi investasi dan perdagangan global, yang selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Singapura.
Perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang utama Singapura, seperti Tiongkok dan Amerika Serikat, juga akan mengurangi permintaan ekspor Singapura. Gangguan perdagangan dapat berdampak besar pada ekonomi kecil dan terbuka seperti Singapura. Kementerian Perdagangan dan Industri memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) di negara-negara mitra dagang utama akan melambat pada tahun 2025 dibandingkan dengan tahun 2024. Terdapat ketidakpastian yang besar mengenai prospek ekonomi AS, yang trajektorinya bergantung pada kebijakan pemerintahan baru.
Dampak Tidak Langsung Tarif dan Perlindungan Perdagangan
Meskipun Singapura belum secara langsung menjadi target tarif dan kemungkinan hanya sedikit terdampak oleh tarif AS untuk aluminium dan baja, negara ini tetap rentan terhadap dampak tidak langsungnya. Sebagai negara kecil dan terbuka dengan perdagangan tiga kali lipat PDB-nya, gesekan perdagangan akan berdampak tidak langsung pada Singapura. Tarif dapat mempengaruhi permintaan ekspor Singapura dan secara keseluruhan mengurangi pertumbuhan ekonomi.
Ekonom dari Nomura memperkirakan bahwa permintaan eksternal yang lebih lemah akan menekan pertumbuhan Singapura pada tahun 2025, tetapi masih melihat ruang untuk ketahanan yang berkelanjutan. Kekuatan upah dan pekerjaan memberikan "bantalan terhadap guncangan dari peningkatan proteksionisme perdagangan". Penurunan permintaan di luar negeri dapat mengurangi pemulihan ekspor Singapura setelah kembali tumbuh pada tahun 2024. Pertumbuhan ekspor domestik non-minyak kemungkinan akan moderat pada tahun 2025, dengan risiko perdagangan yang signifikan. Lembaga pemerintah Enterprise Singapore memproyeksikan pertumbuhan ekspor sebesar 1,0% hingga 3,0% pada tahun 2025, yang masih lebih baik daripada ekspansi 0,2% pada tahun sebelumnya.
Sentimen Bisnis Positif dan Risiko Turun
Ekonom DBS, Chua Han Teng, memperkirakan ekonomi akan tetap kuat pada paruh pertama tahun 2025, mengingat sentimen bisnis yang tetap positif di sektor manufaktur, perdagangan grosir, keuangan & asuransi, dan informasi & komunikasi — sektor-sektor yang menyumbang sekitar 58% dari PDB nominal. Namun, ia melihat risiko penurunan yang cukup besar dari perubahan kebijakan perdagangan global yang muncul dari eskalasi tarif. Ekonomi Singapura tetap rentan secara tidak langsung terhadap potensi tarif AS pada mitra dagang utamanya, dan setiap perlambatan yang dihasilkan dalam pertumbuhan ekonomi dan perdagangan global. Ketahanan ekonomi Singapura bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan dinamika global dan menjaga daya saingnya di pasar internasional. Oleh karena itu, pemantauan yang cermat terhadap perkembangan ekonomi global dan diversifikasi pasar ekspor akan menjadi kunci untuk mengurangi dampak negatif dari ketidakpastian global.