Prospek Kebijakan Moneter AS: Antara Pemangkasan Suku Bunga dan Ketidakpastian Pasca-Pilpres

Prospek Kebijakan Moneter AS: Antara Pemangkasan Suku Bunga dan Ketidakpastian Pasca-Pilpres

Presiden Federal Reserve St. Louis, Alberto Musalem, menyatakan dalam sebuah pidato di konferensi kebijakan moneter Bloomberg bahwa Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan terus memangkas suku bunga. Namun, ia memperingatkan bahwa kecepatan tindakan selanjutnya menjadi kurang jelas. Dengan inflasi yang diperkirakan terus menurun ke target 2% The Fed, "pelonggaran lebih lanjut dari kebijakan yang agak restriktif menuju netral akan tepat dilakukan seiring waktu," kata Musalem.

Kehati-hatian dalam Menghadapi Ketidakpastian

Musalem menekankan pentingnya mempertahankan fleksibilitas kebijakan. Ia menyarankan agar The Fed mempertimbangkan untuk memperlambat laju pengurangan suku bunga, atau bahkan untuk berhenti sementara, guna mengevaluasi kondisi ekonomi terkini, informasi yang masuk, dan prospek yang berkembang. Pasar keuangan memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar seperempat poin persentase dari rentang 4,50%-4,75% saat ini pada pertemuan 17-18 Desember. Langkah ini bertujuan untuk menyesuaikan kebijakan guna mengatasi inflasi dan pasar tenaga kerja yang lebih seimbang.

Dampak Kemenangan Trump terhadap Kebijakan Moneter

Prospek jangka panjang kebijakan moneter menjadi kurang jelas setelah kemenangan Presiden terpilih Donald Trump pada pemilihan umum bulan lalu. Janji kampanye Trump, seperti tarif impor, deportasi imigran gelap, dan pemotongan pajak, berpotensi memicu kembali tekanan inflasi dan mengganggu lanskap ekonomi. Ketidakpastian ini menambah kompleksitas dalam menentukan langkah kebijakan moneter selanjutnya.

Kebijakan Moneter yang Tepat dan Risiko yang Dihadapi

Musalem berpendapat bahwa kebijakan moneter saat ini "berada pada posisi yang baik" untuk menghadapi prospek tersebut. Ia menilai bahwa sikap restriktif saat ini tepat mengingat tekanan harga inti masih berada di atas target inflasi 2% The Fed. Lebih lanjut, ia menekankan bahwa dalam kondisi saat ini, "melonggarkan kebijakan terlalu banyak terlalu cepat menimbulkan risiko yang lebih besar daripada melonggarkan terlalu sedikit atau terlalu lambat."

Prediksi Pertumbuhan Ekonomi dan Pasar Tenaga Kerja

Musalem memperkirakan dibutuhkan waktu dua tahun lagi untuk menurunkan inflasi ke target bank sentral. Ia menilai kebijakan moneter yang sabar tepat mengingat tingkat inflasi saat ini dalam ekonomi yang "kuat" dan pasar tenaga kerja yang berada pada tingkat yang konsisten dengan lapangan kerja penuh. Ia memprediksi pertumbuhan ekonomi akan melambat menuju potensi jangka panjang ekonomi di tengah pendinginan pasar tenaga kerja lebih lanjut dan pertumbuhan kompensasi yang melambat. "Saya memperkirakan pasar tenaga kerja akan tetap konsisten dengan lapangan kerja penuh sementara tingkat pengangguran meningkat sedikit menuju perkiraan tingkat alaminya," tambah Musalem.

Menjaga Keseimbangan dalam Pengaturan Kebijakan

Kesimpulannya, Musalem menyerukan pendekatan yang hati-hati dan adaptif terhadap kebijakan moneter. Ia mengakui perlunya penurunan suku bunga untuk mengatasi inflasi dan mencapai target 2%, namun menekankan perlunya mempertimbangkan kecepatan dan skala tindakan tersebut dengan cermat. Ketidakpastian politik pasca-pilpres menambahkan lapisan kompleksitas pada proses pengambilan keputusan ini, menuntut The Fed untuk terus memantau dengan saksama indikator ekonomi dan menyesuaikan kebijakannya sesuai kebutuhan. Tantangannya terletak pada menemukan keseimbangan antara stimulus ekonomi yang cukup untuk mempertahankan momentum pertumbuhan dan pencegahan inflasi yang berlebihan akibat kebijakan yang terlalu longgar. Dengan demikian, The Fed dihadapkan pada tugas yang rumit untuk menavigasi lanskap ekonomi yang berubah dengan cepat dan tidak pasti. Kemampuannya untuk menyeimbangkan berbagai faktor ini akan sangat menentukan stabilitas ekonomi AS dalam beberapa tahun mendatang.