Prospek Pasar Negara Berkembang di Tahun 2025: Tantangan dan Peluang
Prospek Pasar Negara Berkembang di Tahun 2025: Tantangan dan Peluang
Pasar negara berkembang diproyeksikan menghadapi tahun yang sulit dan penuh ketidakpastian di tahun 2025. Hal ini didorong oleh pergeseran kebijakan di Amerika Serikat dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang tidak menentu, menurut analisis terbaru dari JPMorgan. Laporan tahunan tersebut memprediksi arus keluar dana yang signifikan dari reksa dana obligasi pasar negara berkembang.
Ketidakpastian Pertumbuhan Ekonomi
JPMorgan mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi negara berkembang akan menghadapi ketidakpastian yang signifikan di tahun 2025. Situasi ini terjepit di antara dua kekuatan ekonomi besar, yaitu Tiongkok dan Amerika Serikat. Perubahan kebijakan di Amerika Serikat berpotensi menimbulkan guncangan penawaran negatif besar yang berdampak luas pada pasar negara berkembang. Bank investasi ini memprediksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang akan melambat menjadi 3,4% di tahun 2025, turun dari 4,1% di tahun 2024. Jika Tiongkok dikeluarkan dari perhitungan, pertumbuhan ekonomi negara berkembang diperkirakan akan lebih rendah lagi, yakni 3,0%, merosot dari 3,4% di tahun 2024.
Dampak Kebijakan Amerika Serikat dan Arus Keluar Modal
Sektor obligasi negara berkembang akan merasakan dampak paling besar dari ketidakpastian ini. Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih dan Kongres yang dikuasai Partai Republik menghadirkan tantangan yang signifikan. Kebijakan tarif, pergeseran geopolitik, dan kebijakan domestik AS berpotensi memperkuat dolar AS dan menaikkan suku bunga. Hal ini diperkirakan akan menyebabkan arus keluar dana dari reksa dana obligasi pasar negara berkembang yang mencapai antara $5 miliar hingga $15 miliar di tahun 2025. Meskipun pelonggaran kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) diharapkan memberikan dampak positif, namun pengaruh kebijakan AS terhadap sentimen pasar negara berkembang diprediksi akan menjadi faktor penghambat utama.
Prospek Pasar Obligasi dan Penjualan Utang
JPMorgan memperkirakan penerbitan utang negara dalam mata uang keras akan mencapai $169 miliar di tahun 2025, sedikit di bawah angka tahun 2024. Namun, peningkatan amortisasi akan menyebabkan pembiayaan bersih hanya mencapai $1,3 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan $55,2 miliar di tahun 2024. Return obligasi negara dalam mata uang keras diperkirakan mencapai 4,3% pada akhir tahun 2025, turun dari 6,9% year-to-date di tahun 2024. Secara keseluruhan, prospek pasar negara berkembang di tahun 2025 diprediksi akan lebih bergejolak, meskipun sektor aset ini telah teruji dan tangguh.
Rekomendasi Investasi JPMorgan
Dalam hal rekomendasi investasi spesifik, JPMorgan mencabut rekomendasi overweight pada utang negara Republik Dominika, meskipun negara tersebut diprediksi akan mencapai peringkat investasi dalam empat tahun ke depan. Bank investasi ini juga merekomendasikan underweight pada suku bunga lokal Indonesia.
Kesimpulan
Tahun 2025 akan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi pasar negara berkembang. Pergeseran kebijakan di Amerika Serikat dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang tidak menentu akan menjadi faktor utama yang memengaruhi kinerja pasar. Arus keluar modal dari reksa dana obligasi dan penurunan return obligasi negara menjadi indikasi utama dari ketidakpastian yang dihadapi. Meskipun demikian, pasar negara berkembang diharapkan tetap tangguh dan mampu melewati tantangan tersebut. Para investor perlu mempertimbangkan dengan cermat risiko dan peluang yang ada sebelum membuat keputusan investasi. Analisis yang mendalam dan pemantauan perkembangan ekonomi global menjadi kunci untuk navigasi di tengah ketidakpastian ini. Perubahan rekomendasi investasi dari JPMorgan, seperti pencabutan overweight pada Republik Dominika dan rekomendasi underweight pada suku bunga lokal Indonesia, mencerminkan dinamika pasar yang kompleks dan membutuhkan strategi investasi yang adaptif.