Rencana Pengeluaran Jumbo Jerman: Dampak terhadap Tingkat Bunga dan Ekonomi Eropa

Rencana Pengeluaran Jumbo Jerman: Dampak terhadap Tingkat Bunga dan Ekonomi Eropa

Lonjakan Pengeluaran dan Dampaknya terhadap Tingkat Bunga Pemerintah Jerman

Jerman bersiap untuk melakukan perubahan besar dalam kebijakan fiskal negaranya. Parlemen Jerman akan memberikan suara pada rencana pembentukan dana sebesar 500 miliar euro (sekitar $546 miliar) untuk infrastruktur dan pelonggaran aturan pinjaman yang diatur konstitusi. Langkah ini memungkinkan peningkatan pengeluaran untuk keamanan, sebuah perubahan signifikan dari kebijakan pengeluaran ketat yang selama ini diterapkan Jerman. BNP Paribas, bank asal Prancis, memprediksi rencana ini akan berdampak signifikan terhadap tingkat bunga obligasi pemerintah Jerman.

Prediksi BNP Paribas: Kenaikan Yield Obligasi hingga 4%

Menurut Sam Lynton-Brown, kepala strategi suku bunga, valuta asing, dan komoditas di BNP Paribas, yield obligasi pemerintah Jerman berjangka 10 tahun – yang merupakan tolok ukur biaya pinjaman pemerintah – berpotensi naik hingga 4% dalam tiga tahun ke depan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan penerbitan obligasi untuk membiayai pengeluaran tambahan tersebut. Bank memperkirakan yield obligasi 10 tahun akan berada di kisaran 2,5% hingga 3% dalam jangka pendek, namun akan terus meningkat seiring dengan penerbitan utang tambahan hampir 150 miliar euro hingga akhir tahun 2028.

Dampak terhadap Kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB)

BNP Paribas juga memprediksi bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) kemungkinan akan terus menurunkan suku bunga tahun ini. Namun, mereka mungkin perlu menaikkannya kembali setelah tahun 2025. Hal ini disebabkan karena peningkatan pengeluaran pemerintah Jerman akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Sebagai tambahan, bank memperkirakan euro akan menguat terhadap dolar, mencapai $1,20 dari level saat ini sekitar $1,095.

Reaksi Pasar terhadap Pengumuman Rencana Pengeluaran

Yield obligasi pemerintah Jerman berjangka 10 tahun telah mengalami kenaikan signifikan setelah rencana pengeluaran ini diumumkan. Kenaikan ini merupakan yang terbesar dalam sehari sejak akhir tahun 1990-an. Sebelum pengumuman tersebut, yield obligasi ini diperdagangkan di sekitar 2%, namun setelahnya melonjak hampir 50 basis poin pada bulan Maret, mencapai sekitar 2,85%. Lonjakan ini terjadi setelah calon Kanselir Friedrich Merz mengumumkan rencana untuk meninggalkan kebijakan fiskal ketat Jerman.

Perbandingan Prediksi dengan Lembaga Keuangan Lainnya

Prediksi BNP Paribas sejalan dengan prediksi dari lembaga keuangan lain. Goldman Sachs, misalnya, sebelumnya juga memperkirakan yield obligasi 10 tahun Jerman dapat mencapai 3,75%, tingkat yang belum terlihat sejak tahun 2008. Kenaikan yield ini menunjukkan peningkatan biaya pinjaman bagi pemerintah Jerman dan mencerminkan ekspektasi pasar terhadap inflasi yang lebih tinggi di masa depan.

Perubahan Perspektif Pasar: Sebuah "Game Changer"

Lynton-Brown menyebut rencana pengeluaran Jerman sebagai "perubahan besar bagi ekonomi, dan juga bagi pasar." Ia menekankan perubahan signifikan dalam persepsi pasar. Dua bulan lalu, yield obligasi 10 tahun Jerman dianggap terpatok di sekitar 2%. Namun, sekarang, menurut BNP Paribas, patokan tersebut telah bergeser ke 3%, dan dalam tiga tahun ke depan, bisa mencapai 4%. Ini menunjukkan perubahan fundamental dalam pandangan pasar terhadap risiko dan prospek ekonomi Jerman.

Implikasi untuk Ekonomi Eropa yang Lebih Luas

Rencana pengeluaran besar-besaran Jerman ini tidak hanya memiliki implikasi bagi Jerman sendiri, tetapi juga berdampak pada ekonomi Eropa secara keseluruhan. Kenaikan yield obligasi Jerman dapat mempengaruhi biaya pinjaman di negara-negara Eropa lainnya dan berdampak pada kebijakan moneter ECB. Peningkatan pengeluaran juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Eropa, namun juga menimbulkan risiko inflasi yang lebih tinggi jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, perkembangan ini akan terus diawasi secara ketat oleh para analis ekonomi dan investor di seluruh dunia. Ketidakpastian yang muncul dari perubahan kebijakan ini memerlukan pemantauan yang terus menerus untuk memahami dampak penuhnya pada ekonomi global.