Respon Bank Sentral India terhadap Perlambatan Ekonomi Global
Respon Bank Sentral India terhadap Perlambatan Ekonomi Global
Perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh perang dagang, khususnya tarif impor yang diberlakukan Amerika Serikat, telah memaksa bank sentral di berbagai negara untuk mengambil langkah-langkah kebijakan moneter yang lebih longgar. Bank Cadangan India (RBI) menjadi salah satu yang merespon dengan agresif. Pada rapat komite kebijakan moneternya, RBI secara bulat memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan (repo rate) kedua kalinya secara beruntun. Penurunan sebesar 25 basis poin dari 6,25% menjadi 6,00% ini telah sesuai dengan ekspektasi pasar dan mencerminkan upaya global untuk meredam guncangan ekonomi.
Ketidakpastian Ekonomi Global dan Kebijakan RBI
Gubernur RBI, Sanjay Malhotra, mengakui bahwa perekonomian global sedang menghadapi ketidakpastian yang luar biasa. Kondisi ini membuat bank sentral di seluruh dunia harus berhati-hati dalam menentukan kebijakannya. Malhotra menekankan kesulitan dalam menentukan kebijakan yang tepat di tengah situasi yang penuh dinamika dan informasi yang berlimpah. Keputusan untuk menurunkan suku bunga merupakan bagian dari strategi RBI untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.
Signifikansi lain dari keputusan RBI terletak pada perubahan sikap kebijakan moneternya. RBI beralih dari sikap akomodatif menjadi netral. Hal ini berarti, kecuali terjadi guncangan ekonomi yang signifikan, RBI hanya akan mempertimbangkan dua opsi ke depannya: mempertahankan suku bunga atau melakukan penurunan suku bunga lebih lanjut. Keputusan ini menunjukkan keseimbangan antara upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas harga. Kondisi ekonomi global yang sulit, dipadukan dengan inflasi domestik yang terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang moderat, mendorong RBI untuk terus mendukung pertumbuhan.
Dampak Tarif Impor AS dan Respons Pasar
Keputusan RBI ini terjadi di tengah diberlakukannya tarif impor yang signifikan oleh Presiden Trump terhadap beberapa negara mitra dagang Amerika Serikat, termasuk India. Tarif balasan sebesar 26% yang diumumkan oleh Trump telah menimbulkan kekhawatiran pasar akan meningkatnya risiko resesi global. Para investor merespon dengan mencari aset-aset yang lebih aman, memicu penurunan pasar saham global.
Asia, sebagai kawasan yang terdampak signifikan oleh tarif-tarif ini, diprediksi akan melihat bank sentralnya meningkatkan dukungan terhadap perekonomian masing-masing. Namun, faktor domestik seperti kekhawatiran akan meningkatnya inflasi atau tekanan terhadap nilai tukar mata uang dapat membatasi ruang gerak kebijakan moneter tersebut. Di India, penurunan inflasi yang berkelanjutan dan perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik telah memperkuat argumen untuk menurunkan suku bunga. Hal ini diperkuat oleh prediksi 15 ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal yang semuanya memperkirakan penurunan suku bunga oleh RBI.
Prospek Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi India
RBI menyatakan telah terjadi peningkatan signifikan dalam prospek inflasi. Penurunan tajam pada inflasi pangan, yang menjadi perhatian utama dalam beberapa bulan terakhir, meningkatkan keyakinan bahwa inflasi akan berangsur-angsur mendekati target 4% yang ditetapkan oleh RBI. Pertumbuhan harga konsumen di India terus menurun selama empat bulan berturut-turut hingga Februari, mendekati angka ideal tersebut.
Meskipun pertumbuhan ekonomi India masih lebih rendah dari target, Gubernur Malhotra mencatat adanya perbaikan setelah kinerja yang lemah pada paruh pertama tahun fiskal 2024-2025. RBI memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto riil sebesar 6,5% untuk tahun fiskal yang dimulai pada bulan April, turun sedikit dari proyeksi sebelumnya sebesar 6,7%, namun masih sebanding dengan pertumbuhan tahun sebelumnya.
Ketahanan Ekonomi India di Tengah Perang Dagang
Terlepas dari ancaman perang dagang, para analis melihat India sebagai salah satu negara di Asia yang paling siap menghadapi situasi ini, terutama berkat ekonomi domestiknya yang besar. Ada juga harapan bahwa India akan mampu mencapai kesepakatan perdagangan dengan Amerika Serikat. Sementara negara lain bersiap untuk melakukan tindakan balasan, India telah memulai upaya untuk mencapai kesepakatan tersebut. Para analis Nomura berpendapat bahwa jika India dapat memposisikan dirinya sebagai pintu masuk yang murah bagi perusahaan global untuk mengakses pasar AS, India akan mendapatkan keuntungan dari perubahan tatanan perdagangan global ini. Kemampuan untuk beradaptasi dan strategi negosiasi yang proaktif menjadi kunci ketahanan ekonomi India dalam menghadapi tantangan global.