Rupiah India dan Pasar Obligasi: Perkembangan Terbaru dan Prospek ke Depan
Rupiah India dan Pasar Obligasi: Perkembangan Terbaru dan Prospek ke Depan
Pergerakan Rupiah di Tengah Negosiasi Dagang AS-India
Rupiah India menutup perdagangan Jumat lalu di angka 85.3925, menunjukkan sedikit perubahan sepanjang pekan. Para pelaku pasar mata uang akan mencermati perkembangan negosiasi perdagangan antara India dan Amerika Serikat (AS) pekan ini, menjelang tenggat waktu 9 Juli untuk mencapai kesepakatan dengan ekonomi terbesar dunia tersebut. Meskipun kesepakatan dagang AS-India diperkirakan akan memberikan dorongan positif bagi perekonomian India, namun hal ini diprediksi tidak akan memicu reli tajam pada nilai tukar Rupiah.
Anil Bhansali, kepala divisi treasury di Finrex Treasury Advisor, mengatakan bahwa jika kesepakatan tercapai, Rupiah mungkin akan mengalami apresiasi lebih lanjut. Namun, Bank Sentral India (RBI) kemungkinan tidak akan nyaman dengan apresiasi yang terlalu cepat. Ia memperkirakan resistensi jangka pendek untuk Rupiah berada di sekitar angka 85. Menariknya, volatilitas implisit jangka pendek Rupiah tetap rendah meskipun adanya ketidakpastian, mencerminkan ekspektasi pasar akan pergerakan yang terbatas.
Sekretaris Perbendaharaan AS, Scott Bessent, menyatakan pada Minggu lalu bahwa AS hampir mencapai beberapa kesepakatan perdagangan sebelum batas waktu 9 Juli. Hal ini tentunya memberikan sentimen positif terhadap prospek Rupiah.
Cadangan Devisa India dan Tren Dolar AS
Data yang dirilis pada Jumat lalu menunjukkan bahwa cadangan devisa India meningkat menjadi US$702,8 miliar pada 27 Juni, mendekati rekor tertinggi yang dicapai tahun lalu. Tren penurunan nilai dolar AS berlanjut, dengan pengurangan taruhan pada pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) hanya memicu kenaikan yang singkat pada pekan lalu. Data inflasi konsumen AS yang akan dirilis pada Selasa, dan data penjualan ritel pada Kamis, akan menjadi fokus perhatian untuk mengukur jalur masa depan suku bunga acuan.
Pasar Obligasi India dan Pengaruh Suku Bunga AS
Sementara itu, yield obligasi benchmark 10 tahun India (6,33% 2035) berakhir di 6,2947% pada Jumat lalu, hampir tidak berubah sepanjang pekan. Para pelaku pasar memperkirakan yield akan bergerak dalam rentang 6,28% hingga 6,33% pekan ini. Mereka akan tetap fokus pada pergerakan yield Treasury AS, terutama setelah data ketenagakerjaan yang kuat mengurangi harapan untuk pemotongan suku bunga The Fed.
Parijat Agrawal, kepala fixed income di Union Asset Management, mengatakan bahwa tarif dan ketidakpastian geopolitik lainnya dapat berkontribusi pada volatilitas pasar dalam jangka pendek. Namun, dengan mempertimbangkan ekspektasi pertumbuhan yang moderat dan tren inflasi saat ini, mungkin ada ruang untuk pelonggaran moneter. Hal ini tentunya akan berdampak pada pasar obligasi di India.
Para pelaku pasar juga akan mengamati apakah lonjakan aliran masuk modal asing ke obligasi India baru-baru ini akan berlanjut. Investor telah membeli bersih lebih dari US$1 miliar obligasi pemerintah pekan lalu.
Langkah RBI dan Likuiditas Sistem Perbankan
Langkah selanjutnya RBI juga menjadi perhatian, setelah bank sentral tersebut tidak meningkatkan jumlah penarikan likuiditas dari sistem perbankan meskipun surplus mencapai level tertinggi tiga tahun pada Jumat lalu. Pendekatan bertahap RBI untuk reverse repo rate variabel (VRRR) kemungkinan akan menjaga suku bunga pinjaman antarbank semalam antara suku bunga repo kebijakan dan batas bawah koridor, memungkinkan beberapa transmisi kebijakan.
Kesimpulan dan Peristiwa Penting yang Akan Datang
Secara keseluruhan, pergerakan Rupiah dan pasar obligasi India pekan ini akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan negosiasi perdagangan AS-India, data ekonomi AS, dan langkah-langkah kebijakan moneter dari RBI. Para pelaku pasar akan terus memantau situasi dengan cermat.
Peristiwa Penting:
- Klaim pengangguran mingguan awal AS untuk pekan hingga 30 Juni - 10 Juli: Kamis (18.00 WIB)