Serangan Terhadap Iran dan Dampaknya Terhadap Harga Minyak dan Gas Global
Serangan Terhadap Iran dan Dampaknya Terhadap Harga Minyak dan Gas Global
Serangan yang dilancarkan Amerika Serikat terhadap infrastruktur nuklir Iran akhir pekan lalu telah memicu lonjakan harga minyak dan gas dunia. Insiden ini menandai eskalasi tajam yang berpotensi mengganggu jalur vital aliran energi global. Pada perdagangan awal Eropa, harga minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) masing-masing naik 0,6% menjadi $77,47 dan $74,26 per barel. Kedua kontrak tersebut sempat melonjak sekitar 3% di awal sesi sebelum mengalami koreksi. Kontrak gas benchmark Eropa di hub TTF Belanda juga meningkat 1,4% menjadi 41,50 euro per megawatt-hour.
Analisis Pasar dan Reaksi Awal
Para analis di Peak Trading Research menyatakan bahwa pasar masih menunggu langkah selanjutnya dari Iran. Selat Hormuz, jalur vital bagi perdagangan energi, masih tetap terbuka dan aliran perdagangan berlangsung normal. Fasilitas produksi minyak mentah Iran juga dilaporkan tidak tersentuh. Namun, peningkatan harga mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap potensi eskalasi konflik. Harga minyak Brent telah meningkat lebih dari 12% sejak serangan awal Israel terhadap Iran pada 13 Juni. Goldman Sachs memperkirakan premi risiko geopolitik mencapai $12 per barel.
Potensi Eskalasi dan Dampaknya
Arah harga di masa mendatang sangat bergantung pada langkah selanjutnya yang diambil Teheran. Iran dapat memilih jalur diplomasi atau melakukan tindakan balasan, misalnya dengan menyerang pangkalan AS di Timur Tengah atau melalui milisi sekutunya di wilayah tersebut. Kekhawatiran terbesar pasar adalah potensi gangguan aliran energi melalui Selat Hormuz, jalur vital bagi sekitar seperempat lalu lintas minyak laut dunia dan seperlima aliran gas alam cair global. Posisi strategis Iran di sisi utara selat tersebut memungkinkan mereka untuk menutup jalur ini dengan menyerang kapal atau menanam ranjau.
Meskipun hingga saat ini kapal-kapal terkait AS masih dapat melintasi selat tanpa insiden, menurut Badan Operasi Perdagangan Maritim Inggris, Goldman Sachs memperkirakan harga Brent dapat memuncak secara singkat di $110 per barel jika aliran melalui jalur air tersebut berkurang setengahnya selama sebulan dan tetap 10% lebih rendah selama 11 bulan berikutnya. Penurunan pasokan Iran sebesar 1,75 juta barel per hari dapat mendorong harga Brent mencapai puncak sekitar $90 per barel.
Kapasitas Cadangan OPEC dan Alternatif Pengiriman
OPEC memiliki kapasitas cadangan lebih dari 5 juta barel per hari untuk membantu meredam potensi guncangan pasokan. Namun, sebagian besar cadangan minyak kartel tersebut berada di tangan produsen Teluk yang bergantung pada Selat Hormuz untuk ekspor. Amena Bakr, kepala energi Timur Tengah dan OPEC+ di Kpler, mengatakan bahwa setiap penghalang di jalur air tersebut dapat menyebabkan harga minyak melonjak hingga tiga digit, meskipun sebagian volume minyak mentah dari Teluk dapat dialihkan melalui jalur pipa yang terletak di UEA dan Arab Saudi. Hanya sekitar 5 juta barel minyak per hari yang dapat dialihkan melalui jalur pipa Timur-Barat Arab Saudi dan jalur pipa Adcop Uni Emirat Arab, dari total sekitar 15 juta barel per hari yang biasanya melewati selat tersebut.
Belum ada indikasi bahwa aliansi OPEC+ akan mengadakan pertemuan darurat sebelum memperoleh kejelasan lebih lanjut tentang situasi dan dampaknya terhadap pasokan global. Namun, gangguan sinyal kapal akibat interferensi elektronik yang terus-menerus menunjukkan beberapa kapal tanker ragu-ragu atau mengubah arah di dekat Selat Hormuz sebagai respons terhadap ketidakpastian regional yang meningkat, menurut Kpler. Kapal-kapal komersial yang melintasi selat dan perairan sekitarnya juga menghadapi risiko yang lebih besar akan salah identifikasi atau kerusakan tambahan setelah serangan AS, karena pemberontak Houthi Yaman telah mengancam untuk menargetkan kapal-kapal Amerika di Laut Merah jika Washington memasuki konflik.
Prediksi dan Kesimpulan
Meskipun prospek guncangan pasokan energi global telah meningkat, skenario tersebut masih bukan hasil yang paling mungkin terjadi, menurut Kallum Pickering, kepala ekonom di Peel Hunt. Ia mencatat bahwa terlepas dari guncangan OPEC pada tahun 1970-an, eskalasi sebelumnya di Timur Tengah menunjukkan bahwa gangguan pada pasar energi cenderung terselesaikan dengan cepat. Ketidakpastian tetap tinggi, dan perkembangan selanjutnya akan menentukan dampak jangka panjang dari insiden ini terhadap pasar energi global. Pemantauan ketat terhadap situasi di Selat Hormuz dan respons Iran akan menjadi kunci untuk memahami arah harga minyak dan gas dalam beberapa minggu dan bulan mendatang.