Serangan Udara di Nigeria: Korban Sipil dan Hilangnya Kepercayaan
Serangan Udara di Nigeria: Korban Sipil dan Hilangnya Kepercayaan
Tragedi di Tungar Kara
Pada Sabtu lalu, warga Tungar Kara, sebuah kota di wilayah barat laut Nigeria, bersorak dan berdoa untuk keselamatan kelompok sukarelawan yang akan memburu gerombolan bersenjata di hutan dekat kota tersebut. Namun, sebelum para sukarelawan memulai misi mereka, sebuah serangan udara oleh Angkatan Udara Nigeria (NAF) menghantam kota itu. NAF mengklaim serangan tersebut menargetkan gerombolan bersenjata, tetapi penduduk setempat menyatakan bahwa serangan itu menewaskan 15 warga sipil – anggota kelompok sukarelawan dan warga lainnya.
Insiden ini merupakan contoh terbaru dari dampak buruk kampanye serangan udara militer Nigeria terhadap kelompok-kelompok kriminal bersenjata, yang dikenal sebagai bandit, yang beroperasi di wilayah barat laut dan tengah negara itu. Bandit-bandit ini meresahkan penduduk dengan pembunuhan dan penculikan massal. Meskipun serangan udara bertujuan untuk memberantas bandit, kampanye ini justru menimbulkan korban sipil yang besar dan mengikis kepercayaan masyarakat terhadap militer.
Kisah Korban: Salihu Usman
Salihu Usman, salah satu anggota kelompok sukarelawan yang bertugas melindungi kota dari gerombolan bersenjata, sedang berdoa ketika sebuah pesawat jet menderu di langit. Ledakan keras mengguncang kota, dan Usman menemukan dirinya terluka parah di tanah. Perutnya robek sebagian dan tubuhnya penuh luka. Pengalaman traumatis ini mengubah pandangan Usman terhadap militer.
"Sekarang, setiap kali saya melihat pesawat militer terbang di siang hari, saya merasa terancam," kata Usman. "Bandit membunuh kita, dan militer membom kita dari langit." Kekecewaan dan rasa tidak percaya mendalam terpancar dari kata-katanya. Usman memutuskan untuk meninggalkan kelompok sukarelawan setelah kejadian tersebut. Dia tidak hanya kehilangan kepercayaan pada militer, tetapi juga mencurigai adanya konspirasi di balik serangan udara tersebut. "Saya bahkan mencurigai mereka bekerja sama untuk melukai kita," ujarnya.
Keraguan dan Kecurigaan yang Meningkat
NAF belum menanggapi pertanyaan dari Reuters. Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, NAF membantah menargetkan warga sipil dan mengatakan akan menyelidiki serangan di Tungar Kara. Namun, pernyataan tersebut tidak cukup meyakinkan penduduk setempat. Haliru Attahiru, seorang petani berusia 30 tahun, menyatakan ketidakpercayaannya terhadap klaim NAF.
"Bagaimana mungkin Anda membom orang-orang di kota dan bukan di hutan? Bandit ada di hutan," kata Attahiru melalui telepon. Insiden di Tungar Kara bukanlah yang pertama kalinya. Pada bulan Desember lalu, serangan udara menewaskan 10 orang di negara bagian Sokoto, yang menurut gubernur negara bagian tersebut secara keliru menargetkan warga sipil. Serangan-serangan udara yang menargetkan warga sipil ini telah menjadi pola berulang, seperti yang terungkap dalam laporan khusus Reuters pada Juni 2023.
Dampak terhadap Dukungan Publik
Para analis mengamati bahwa jatuhnya korban sipil akibat serangan udara ini berdampak signifikan terhadap dukungan masyarakat terhadap militer. Oluwole Ojewale, seorang peneliti di Institute for Security Studies, menjelaskan, "Jika masyarakat menemukan bahwa mereka tidak terlindungi dari bandit dan malah menjadi korban dari kampanye udara oleh angkatan udara, hal itu akan memengaruhi dukungan mereka terhadap militer."
Kepercayaan publik merupakan pilar penting bagi keberhasilan operasi militer. Jika kepercayaan itu hilang, operasi kontra-terorisme akan menghadapi tantangan yang lebih besar. Hilangnya kepercayaan ini bukan hanya karena jumlah korban sipil, tetapi juga karena kurangnya transparansi dan akuntabilitas dari pihak militer dalam menanggapi insiden-insiden tersebut. Ketidakmampuan atau keengganan untuk mengakui kesalahan dan menyelidiki secara tuntas kejadian tersebut semakin memperparah situasi.
Jalan Menuju Solusi
Peristiwa di Tungar Kara menjadi sorotan penting akan perlunya strategi yang lebih tepat dan hati-hati dalam menghadapi ancaman bandit di Nigeria. Prioritas utama adalah melindungi warga sipil dan membangun kembali kepercayaan publik terhadap militer. Penyelidikan yang independen dan transparan terhadap serangan udara, serta upaya untuk memastikan akuntabilitas atas pelanggaran hak asasi manusia, sangat penting untuk mengembalikan kepercayaan tersebut. Selain itu, kerjasama yang lebih erat antara militer dan masyarakat sipil, termasuk kelompok-kelompok sukarelawan, sangat krusial dalam upaya melawan bandit dan melindungi warga sipil dari kekerasan. Strategi yang komprehensif dan berfokus pada perlindungan warga sipil merupakan kunci keberhasilan dalam memerangi kejahatan terorganisir di Nigeria.