Serangan Udara Terbesar Rusia: Menewaskan Warga Sipil dan Menimbulkan Kecaman Internasional
Serangan Udara Terbesar Rusia: Menewaskan Warga Sipil dan Menimbulkan Kecaman Internasional
Serangan udara besar-besaran yang dilancarkan pasukan Rusia terhadap berbagai kota di Ukraina, termasuk ibu kota Kyiv, menandai eskalasi konflik yang mengkhawatirkan. Serangan yang terjadi pada malam hari ini menargetkan infrastruktur sipil dan menewaskan sedikitnya 12 orang, termasuk tiga anak di wilayah Zhytomyr, utara Ukraina. Puluhan lainnya mengalami luka-luka. Jumlah korban jiwa ini merupakan angka sementara, dan kemungkinan akan bertambah seiring berjalannya waktu dan proses evakuasi.
Skala Serangan dan Dampaknya
Dengan peluncuran 367 drone dan rudal, serangan ini tercatat sebagai serangan udara terbesar sejak perang dimulai. Meskipun serangan-serangan sebelumnya telah mengakibatkan lebih banyak korban jiwa, namun skala serangan ini menandakan peningkatan signifikan dalam intensitas serangan Rusia. Menteri Dalam Negeri Ukraina, Ihor Klymenko, melaporkan angka korban jiwa dan luka-luka, menggambarkan serangan tersebut sebagai tindakan kejam yang menargetkan warga sipil. Laporan-laporan dari berbagai wilayah menunjukkan kerusakan yang meluas, termasuk di Kharkiv, Mykolaiv, Ternopil, dan Kyiv.
Di Kyiv sendiri, serangan drone menyebabkan 11 orang luka-luka, sementara empat orang tewas di wilayah sekitar ibu kota. Di Kharkiv, tiga distrik kota terkena dampak serangan drone, mengakibatkan tiga orang terluka. Di Mykolaiv, serangan drone menewaskan seorang pria berusia 77 tahun dan melukai lima orang lainnya. Di Khmelnytskyi, wilayah yang terletak jauh dari garis depan pertempuran, empat orang tewas dan lima lainnya terluka. Gambar-gambar yang beredar menunjukkan kerusakan parah pada bangunan-bangunan perumahan, termasuk lubang besar akibat ledakan dan puing-puing yang berserakan.
Respons Internasional dan Ukraina
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, mengkritik keras diamnya Amerika Serikat dan negara-negara lain dalam menghadapi serangan tersebut. Ia mendesak adanya sanksi baru terhadap Rusia sebagai respons atas tindakan terorisme ini. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh kepala staf presiden Ukraina, Andriy Yermak, yang menekankan bahwa tanpa adanya tekanan internasional, Rusia akan terus melancarkan serangan serupa.
Utusan Khusus AS untuk Ukraina, Keith Kellogg, menyebut serangan tersebut sebagai pelanggaran jelas terhadap Protokol Perdamaian Jenewa 1977 dan menyerukan gencatan senjata segera. Usaha untuk mencapai gencatan senjata 30 hari sebagai langkah awal negosiasi perdamaian telah dilakukan oleh Ukraina dan sekutunya di Eropa, namun upaya tersebut mendapat kendala.
Angkatan udara Ukraina melaporkan telah berhasil mencegat 266 drone dan 45 rudal dari total 298 drone dan 69 rudal yang diluncurkan Rusia. Meskipun demikian, kerusakan yang diakibatkan oleh serangan tersebut tetap signifikan dan menimbulkan kerugian besar bagi warga sipil. Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah mencegat atau menghancurkan 95 drone Ukraina dalam jangka waktu empat jam. Wali Kota Moskow, Sergei Sobyanin, juga melaporkan bahwa 12 drone Ukraina telah dicegat dalam perjalanan menuju ibu kota Rusia.
Pertukaran Tahanan dan Eskalasi Konflik
Serangan besar-besaran ini terjadi di tengah persiapan pertukaran tahanan tahap ketiga antara Ukraina dan Rusia, di mana kedua belah pihak akan saling membebaskan 1000 orang. Kontras yang tajam antara upaya pertukaran tahanan yang menunjukkan niat baik untuk menyelesaikan konflik secara damai, dan serangan brutal yang menargetkan warga sipil, menggambarkan kompleksitas dan keganasan konflik yang sedang berlangsung.
Serangan ini menggarisbawahi betapa rapuhnya harapan perdamaian dan betapa jauhnya jalan menuju resolusi konflik. Kekejaman yang disaksikan dalam serangan ini semakin memperkuat kebutuhan akan tindakan internasional yang tegas dan terkoordinasi untuk mengakhiri kekerasan dan melindungi warga sipil di Ukraina. Keberadaan korban jiwa, terutama anak-anak, menjadi bukti nyata dari penderitaan yang ditimbulkan oleh perang ini. Masa depan perundingan damai kini menjadi tanda tanya besar, mengingat eskalasi konflik yang baru saja terjadi. Dunia internasional menghadapi tantangan besar dalam merespon tragedi ini dan mencegah terjadinya kekerasan lebih lanjut.