Strategi Taiwan Memperkuat Hubungan Ekonomi dengan Amerika Serikat
Strategi Taiwan Memperkuat Hubungan Ekonomi dengan Amerika Serikat
Rencana Pembelian Sebesar $200 Miliar dalam Dekade Mendatang
Pemerintah Taiwan, melalui badan-badan negara, berencana untuk meningkatkan pembelian barang dan jasa dari Amerika Serikat hingga mencapai US$200 miliar dalam dekade mendatang. Langkah ini merupakan bagian dari strategi untuk mengurangi defisit perdagangan dan memperkuat hubungan ekonomi bilateral. Menteri Perekonomian Taiwan, Kuo Jyh-huei, mengumumkan rencana tersebut di parlemen, menanggapi pertanyaan mengenai respons pemerintah terhadap ancaman tarif impor dari Amerika Serikat yang kemudian ditangguhkan. Jumlah tersebut tidak termasuk pembelian yang dilakukan oleh perusahaan swasta Taiwan.
Rencana ini muncul setelah Presiden Taiwan, Lai Ching-te, menyatakan komitmen untuk menjalin kerja sama ekonomi yang lebih erat dengan Amerika Serikat, termasuk upaya untuk mencapai kesepakatan perdagangan bebas dan peningkatan investasi di Amerika Serikat. Presiden juga menegaskan bahwa Taiwan tidak akan melakukan tindakan balasan terhadap kebijakan tarif impor Amerika Serikat, meskipun sebelumnya sempat ada ancaman tarif impor sebesar 32% yang membuat pasar saham Taiwan anjlok. Beruntungnya, industri semikonduktor Taiwan dikecualikan dari kebijakan tarif tersebut.
Peningkatan Impor LNG dari Amerika Serikat
Sebagai bagian dari strategi ini, Taiwan juga berencana untuk meningkatkan proporsi impor gas alam cair (LNG) dari Amerika Serikat. Saat ini, Australia dan Qatar menjadi pemasok utama LNG Taiwan, dengan Amerika Serikat hanya menyumbang sekitar 10%. Kuo Jyh-huei menyatakan bahwa pemerintah menargetkan peningkatan proporsi impor LNG dari Amerika Serikat hingga mencapai 30% dari total impor LNG Taiwan. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat kemitraan energi antara kedua negara dan mengurangi ketergantungan Taiwan pada pemasok tunggal.
Respons Positif Pasar Saham dan Diplomasi Lanjutan
Pengumuman rencana pembelian besar-besaran dan peningkatan impor LNG dari Amerika Serikat disambut positif oleh pasar saham Taiwan. Indeks saham utama Taiwan melonjak 9.3% pada hari pengumuman, mencatat rekor kenaikan harian setelah beberapa hari sebelumnya mengalami penurunan tajam akibat kekhawatiran akan tarif impor. Saham-saham perusahaan besar seperti TSMC (produsen chip terbesar dunia) dan Foxconn (produsen iPhone) juga mengalami kenaikan signifikan, mendekati 10%. Keduanya merupakan pemasok utama bagi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri Taiwan, Lin Chia-lung, menekankan adanya peluang untuk melakukan pembicaraan yang lebih rinci dan mendalam dengan Amerika Serikat. Ia berharap kerja sama ekonomi yang lebih erat dapat membentuk koalisi Taiwan-Amerika Serikat yang kuat, dengan memanfaatkan pasar Amerika Serikat yang besar, teknologi canggih, serta modal dan talenta yang melimpah. Ia juga menyebutkan bahwa Amerika Serikat telah menerima proposal perdagangan dari Taiwan dan telah memberikan respons, meskipun rinciannya belum diungkapkan. Perdana Menteri Taiwan, Cho Jung-tai, juga menyatakan bahwa pemerintah akan memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan pembicaraan yang langsung dan efektif dengan Amerika Serikat.
Ketidakpastian Ekonomi Global dan Posisi Cadangan Devisa Taiwan
Meskipun pasar saham Taiwan merespon positif, Gubernur Bank Sentral Taiwan, Yang Chin-long, mengingatkan akan adanya ketidakpastian ekonomi global yang terkait dengan kebijakan tarif impor Amerika Serikat. Namun, ia juga menekankan bahwa Taiwan masih memegang lebih dari 80% cadangan devisa dalam bentuk obligasi Treasury AS. Ia menyatakan bahwa proporsi tersebut saat ini dianggap ideal, tetapi pemerintah akan terus melakukan evaluasi apakah perlu dilakukan peningkatan.
Kesimpulan: Strategi Jangka Panjang untuk Ketahanan Ekonomi
Rencana pembelian US$200 miliar dari Amerika Serikat dan peningkatan impor LNG merupakan strategi jangka panjang Taiwan untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan mengurangi ketergantungan pada pemasok tunggal. Langkah ini menunjukkan komitmen Taiwan untuk memperkuat hubungan ekonomi dan diplomatik dengan Amerika Serikat di tengah ketidakpastian global. Keberhasilan strategi ini akan bergantung pada berbagai faktor, termasuk perkembangan kebijakan perdagangan Amerika Serikat, kemampuan Taiwan untuk menyerap investasi dan teknologi dari Amerika Serikat, serta kondisi ekonomi global secara keseluruhan. Namun, rencana ini menunjukkan ambisi Taiwan untuk menjadi mitra ekonomi yang lebih kuat dan lebih terintegrasi dalam ekonomi global.