Tragedi di Gaza: Jenazah Sandera Thailand Ditemukan, Krisis Kemanusiaan Mengancam
Tragedi di Gaza: Jenazah Sandera Thailand Ditemukan, Krisis Kemanusiaan Mengancam
Konflik di Gaza terus berlanjut dengan dampak yang mengerikan. Kementerian Pertahanan Israel mengumumkan telah menemukan jenazah Nattapong Pinta, warga negara Thailand yang disandera sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Jenazah Pinta ditemukan di wilayah Rafah, Gaza Selatan, setelah sebelumnya berada di tangan kelompok militan Mujahedeen Brigades. Keluarga Pinta di Thailand telah diberitahu tentang kematian tragis ini. Pinta, seorang pekerja pertanian, diculik dari Kibbutz Nir Oz, komunitas kecil Israel dekat perbatasan Gaza yang mengalami kerugian besar jiwa dan sandera selama serangan Hamas yang memicu perang dahsyat di Gaza. Seperempat penduduk Kibbutz Nir Oz tewas atau disandera dalam serangan tersebut.
Serangan Udara Israel dan Korban Jiwa
Sementara itu, serangan udara Israel di Gaza menyebabkan jatuhnya puluhan korban jiwa. Menurut petugas medis setempat, sebanyak 45 warga Palestina tewas akibat serangan udara pada hari Sabtu. Salah satu serangan yang menghancurkan terjadi di distrik Sabra, Kota Gaza, yang menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai 50 lainnya. Sebuah bangunan tempat tinggal berlantai banyak menjadi sasaran, namun ledakan tersebut juga merusak beberapa rumah di sekitarnya. Tentara Israel belum memberikan komentar resmi mengenai kejadian ini, namun kemudian mengeluarkan peringatan evakuasi untuk distrik Jabalia yang berdekatan, menyusul peluncuran roket oleh militan di daerah tersebut.
Krisis Kemanusiaan yang Mengerikan
Situasi kemanusiaan di Gaza semakin kritis. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa rumah sakit di Gaza hanya memiliki bahan bakar untuk tiga hari ke depan. Israel dituduh memblokir akses bagi lembaga bantuan internasional ke area penyimpanan bahan bakar untuk rumah sakit. Belum ada tanggapan resmi dari pihak militer Israel atau COGAT (badan pertahanan Israel yang mengoordinasikan masalah kemanusiaan dengan Palestina) terkait hal ini. PBB telah memperingatkan bahwa sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza berisiko kelaparan setelah blokade Israel selama 11 minggu. Tingkat malnutrisi akut pada anak-anak hampir tiga kali lipat.
Hambatan Bantuan dan Tuduhan Pelanggaran HAM
Distribusi bantuan kemanusiaan terhambat. Gaza Humanitarian Foundation (GHF), kelompok bantuan yang didukung AS dan Israel, menghentikan operasi penyaluran bantuan karena ancaman dari Hamas. GHF menyatakan bahwa ancaman tersebut membuat mereka tidak dapat melanjutkan operasi tanpa membahayakan nyawa warga sipil. Seorang pejabat Hamas membantah adanya ancaman tersebut. Sebelumnya, GHF juga telah menangguhkan operasi setelah insiden penembakan yang menewaskan lebih dari 80 orang dan melukai ratusan lainnya di dekat titik distribusi bantuan. Saksi mata menyalahkan tentara Israel atas insiden tersebut. Militer Israel menyatakan telah melakukan tembakan peringatan dan menembaki "tersangka" Palestina yang mendekati posisi mereka. GHF, yang telah menuai banyak kritik karena kurangnya netralitas, menggunakan model distribusi bantuan baru yang dianggap tidak netral oleh PBB. Terlepas dari kontroversi tersebut, GHF mengklaim telah menyediakan sekitar 9 juta makanan. Meskipun demikian, militer Israel menyatakan bahwa 350 truk bantuan kemanusiaan dari PBB dan kelompok bantuan internasional lainnya telah masuk ke Gaza melalui penyeberangan Kerem Shalom pada minggu ini.
Nasib Sandera dan Eskalasi Konflik
Selain jenazah Pinta, militer Israel juga telah mengambil kembali jenazah dua sandera Israel-Amerika lainnya minggu ini. Mujahedeen Brigades, yang diduga bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut, sebelumnya membantah telah membunuh para sandera. Namun, otoritas Israel menyatakan bahwa kelompok tersebut juga membunuh sandera Israel Shiri Bibas dan dua anak lelakinya. Jenazah mereka dikembalikan selama gencatan senjata dua bulan yang runtuh pada bulan Maret karena kedua belah pihak tidak dapat mencapai kesepakatan untuk memperpanjangnya. Saat ini, hanya 20 dari 55 sandera yang tersisa diperkirakan masih hidup. Mujahedeen Brigades juga masih menahan jenazah seorang warga negara asing lainnya.
Konflik ini bermula dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan tewasnya 1.200 warga Israel dan penculikan 251 sandera. Kampanye militer Israel sejak itu telah menewaskan lebih dari 54.000 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, dan menghancurkan sebagian besar wilayah pesisir Gaza. Upaya gencatan senjata yang dipimpin AS, Qatar, dan Mesir sejauh ini belum membuahkan hasil, dan konflik terus berlanjut dengan konsekuensi yang mengerikan bagi penduduk sipil di Gaza. Situasi ini menuntut penyelesaian konflik yang mendesak dan langkah-langkah kemanusiaan yang efektif untuk mencegah tragedi lebih lanjut.