Tragedi Novi Sad: Protes Massal Mengguncang Serbia
Tragedi Novi Sad: Protes Massal Mengguncang Serbia
Bencana Kereta Api dan Akar Masalah Korupsi
Tragedi runtuhnya atap stasiun kereta api di Novi Sad, Serbia, pada bulan November lalu, yang menewaskan 15 orang, telah memicu gelombang protes massal yang mengguncang pemerintahan Presiden Aleksandar Vucic. Kejadian ini bukan sekadar kecelakaan, tetapi menjadi pemantik kemarahan publik terhadap dugaan korupsi dan buruknya manajemen pemerintahan yang telah lama membayangi Serbia. Protes yang awalnya berpusat di Novi Sad, dengan cepat meluas ke seluruh penjuru negeri, memicu krisis politik yang signifikan. Meskipun 13 orang telah didakwa oleh jaksa penuntut, rakyat Serbia, partai oposisi, dan para demonstran menuding pemerintah Presiden Vucic sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tragedi ini, menganggapnya sebagai konsekuensi dari korupsi yang merajalela.
Demonstrasi Besar-besaran di Novi Sad
Pada hari Sabtu, puluhan ribu orang memblokir tiga jembatan di Sungai Danube di Novi Sad, kota terbesar kedua di Serbia. Demonstrasi ini menjadi puncak dari gelombang protes yang terus bergulir. Mahasiswa dari Belgrade, beberapa di antaranya berjalan kaki sejauh 80 km untuk bergabung dalam aksi ini, bergabung dengan penduduk dan mahasiswa Universitas Novi Sad. Setelah berdemonstrasi selama beberapa jam di dua jembatan, para pengunjuk rasa berencana untuk tetap berada di Jembatan Kebebasan, jembatan terbesar dari ketiga jembatan tersebut, hingga hari Minggu. Spanduk-spanduk dengan tulisan "Tanganmu Berlumuran Darah!" dan "Korupsi Membunuh!" menjadi simbol kemarahan dan tuntutan mereka.
Resignasi Perdana Menteri dan Dampak Politiknya
Tekanan publik yang terus meningkat berbuah hasil dengan pengunduran diri Milos Vucevic sebagai Perdana Menteri. Ia menjadi pejabat tertinggi yang mengundurkan diri terkait tragedi ini, menyusul pengunduran diri dua menteri sebelumnya. Pengunduran diri Vucevic telah mengguncang pemerintahan Vucic, seorang tokoh populis sayap kanan dan mantan nasionalis Serbia yang telah berkuasa sejak menjadi Perdana Menteri pada tahun 2014 dan Presiden pada tahun 2017. Meskipun perannya secara konstitusional bersifat seremonial, Vucic dianggap memiliki pengaruh besar terhadap Partai Progresif Serbia (SNS) yang berkuasa dan pemerintahannya.
Tuduhan Korupsi dan Penyalahgunaan Kekuasaan
Kritik terhadap pemerintahan Vucic dan SNS semakin menguat. Mereka dituduh melakukan penyuapan pemilih, kekerasan terhadap lawan politik, membungkam kebebasan pers, dan memiliki keterkaitan dengan kejahatan terorganisir. Tuduhan-tuduhan ini dibantah oleh Vucic dan SNS. Salah satu demonstran, Ana Hasinbegovic, menyatakan bahwa tujuan protes ini adalah untuk memenuhi semua tuntutan mereka agar Serbia dapat hidup dalam negara hukum.
Respon Vucic dan Masa Depan Politik Serbia
Presiden Vucic menyatakan bahwa ia akan memutuskan minggu depan apakah akan menunjuk Perdana Menteri baru atau memicu pemilihan umum dini pada bulan April. Ia menegaskan bahwa ia tidak akan mengundurkan diri karena tekanan publik. Situasi politik di Serbia tetap tegang. Skala protes yang besar dan tuntutan untuk reformasi yang mendalam menunjukkan ketidakpercayaan publik yang meluas terhadap pemerintahan Vucic dan membuka peluang bagi perubahan politik yang signifikan di masa mendatang. Kejadian ini bukan hanya tentang tragedi Novi Sad semata, tetapi juga menjadi cerminan dari masalah sistemik yang lebih besar di Serbia, yakni korupsi, kurangnya akuntabilitas, dan penyalahgunaan kekuasaan. Nasib pemerintahan Vucic dan masa depan politik Serbia kini berada di ujung tanduk, tergantung pada keputusan yang akan diambilnya dalam minggu-minggu mendatang. Apakah ia akan merespon tuntutan rakyat untuk reformasi yang substansial atau tetap mempertahankan kekuasaannya dengan mengabaikan gelombang protes massal ini? Jawabannya akan menentukan arah perjalanan Serbia selanjutnya.