Tragedi Penerbangan J2-8243 dan Permintaan Azerbaijan kepada Rusia
Tragedi Penerbangan J2-8243 dan Permintaan Azerbaijan kepada Rusia
Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, dengan tegas menuntut Rusia mengakui secara resmi keterlibatannya dalam jatuhnya pesawat penumpang Azerbaijan Airlines pada Desember lalu. Tragedi yang menewaskan 38 penumpang tersebut, menurut Aliyev, harus mendapatkan pengakuan dan pertanggungjawaban dari pihak Rusia. Pernyataan ini disampaikan Aliyev dalam konferensi pers di Khankendi, selama acara The Global Media Forum.
Meskipun Presiden Vladimir Putin telah menyampaikan permintaan maaf kepada Aliyev atas "insiden tragis" tersebut, keterangan Kremlin yang menyebutnya sebagai insiden tak lebih dari sekadar pengakuan tanggung jawab yang minim. Aliyev menekankan bahwa Azerbaijan memiliki bukti kuat yang mengungkap kronologi kejadian sebenarnya. Ia menyatakan keyakinannya bahwa pihak berwenang Rusia juga mengetahui fakta yang sama. Pertanyaannya, lanjut Aliyev, mengapa Rusia tak bertindak layaknya negara tetangga yang bertanggung jawab?
Aliyev menjabarkan tuntutan Azerbaijan kepada Rusia. Tuntutan tersebut meliputi pengakuan resmi atas insiden tersebut, penuntutan terhadap pihak yang bertanggung jawab, pembayaran kompensasi kepada keluarga korban dan penumpang yang selamat namun mengalami luka-luka, serta penggantian biaya pesawat yang hancur. Semua tuntutan ini, menurut Aliyev, didasarkan pada hukum internasional dan prinsip hubungan antarnegara yang baik.
Penerbangan J2-8243, yang sedang dalam perjalanan dari Baku menuju Grozny, ibukota Chechnya, akhirnya mendarat darurat di dekat Aktau, Kazakhstan, setelah dialihkan dari wilayah selatan Rusia. Di wilayah tersebut, dilaporkan terjadi serangan drone Ukraina terhadap beberapa kota. Kejadian ini mengakibatkan 38 penumpang tewas dan 29 lainnya berhasil selamat.
Hubungan Azerbaijan-Rusia yang Memburuk
Ketegangan antara Moskow dan Baku semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Penangkapan sejumlah warga Azerbaijan di Rusia oleh pihak kepolisian Rusia dan tuduhan kejahatan historis yang dialamatkan kepada mereka, semakin memperburuk hubungan kedua negara. Kejadian ini menambah daftar panjang permasalahan antara kedua negara, yang sebelumnya telah diwarnai oleh tragedi jatuhnya pesawat.
Koridor Transit Azerbaijan-Nakhchivan: Tantangan dan Harapan
Di konferensi pers yang sama, Aliyev juga menyoroti pentingnya dibukanya koridor transit antara Azerbaijan dan eksklavenya, Nakhchivan, yang melintasi wilayah Armenia. Aliyev menegaskan bahwa ini merupakan hak Azerbaijan untuk memiliki akses tak terhalang antara wilayah negaranya sendiri. Ia menekankan pentingnya koneksi yang aman dan terjamin antara kedua wilayah tersebut.
Aliyev mengungkapkan kekhawatirannya mengenai keamanan penumpang kereta api Azerbaijan yang melintasi wilayah Armenia. Ia menyinggung insiden pelemparan batu oleh warga sipil Armenia terhadap kereta api Azerbaijan di era Soviet, dan menuntut jaminan keamanan yang dapat diverifikasi dan diandalkan. Tuntutan ini, menurut Aliyev, sepenuhnya legal dan adil.
Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, sebelumnya menyatakan bahwa Amerika Serikat telah menawarkan diri untuk mengelola koridor transportasi tersebut. Koridor sepanjang kurang lebih 32 km ini akan melewati provinsi Syunik di Armenia selatan, menghubungkan sebagian besar wilayah Azerbaijan dengan Nakhchivan, sebuah eksklave Azerbaijan yang berbatasan dengan Turki, sekutu Azerbaijan.
Jalan Panjang Menuju Perdamaian Azerbaijan-Armenia
Rencana koridor transit ini merupakan salah satu dari beberapa hambatan dalam proses perundingan perdamaian antara Azerbaijan dan Armenia. Kedua negara tetangga di wilayah Kaukasus Selatan ini telah terlibat dalam serangkaian konflik sejak akhir tahun 1980-an dan hingga kini masih menjadi rival berat. Meskipun kedua negara telah merampungkan draf perjanjian perdamaian pada bulan Maret, waktu penandatanganan perjanjian tersebut masih belum pasti. Ketegangan yang terus meningkat dan belum terselesaikannya berbagai isu, termasuk tragedi jatuhnya pesawat dan rencana koridor transit, menunjukkan jalan panjang yang masih harus ditempuh kedua negara untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan. Keberhasilan negosiasi dan implementasi perjanjian damai akan sangat bergantung pada kemampuan kedua negara untuk mengatasi berbagai perbedaan dan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Keberadaan pihak ketiga seperti Amerika Serikat dalam mengelola koridor transit, menunjukkan kompleksitas permasalahan dan pentingnya peran internasional dalam mendorong terciptanya perdamaian di kawasan tersebut.