Upaya AS Mencari Gencatan Senjata di Ukraina: Pertemuan Riyadh dan Reaksi Internasional

Upaya AS Mencari Gencatan Senjata di Ukraina: Pertemuan Riyadh dan Reaksi Internasional

Negosiasi Trilateral di Riyadh

Delegasi Amerika Serikat (AS) melakukan perjalanan ke Riyadh untuk mengadakan pembicaraan dengan pejabat Rusia dan Ukraina guna mencari jalan menuju gencatan senjata di Laut Hitam dan penghentian kekerasan yang lebih luas dalam perang di Ukraina. Pertemuan ini, yang digambarkan sebagai "pembicaraan teknis," terjadi setelah Presiden AS Donald Trump meningkatkan upayanya untuk menghentikan serangan Rusia di Ukraina yang telah berlangsung selama tiga tahun. Trump sebelumnya telah melakukan pembicaraan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Tim AS dipimpin oleh Andrew Peek, direktur senior di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, dan Michael Anton, pejabat senior Departemen Luar Negeri. Mereka bertemu dengan delegasi Ukraina pada Minggu malam sebelum melakukan pembicaraan dengan pihak Rusia pada hari Senin. Gedung Putih menyatakan tujuan utama pembicaraan adalah mencapai gencatan senjata maritim di Laut Hitam, yang memungkinkan lalu lintas kapal berjalan bebas.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Mike Waltz, menyatakan bahwa delegasi AS, Rusia, dan Ukraina berkumpul di fasilitas yang sama di Riyadh. Selain gencatan senjata di Laut Hitam, pembicaraan juga mencakup "garis kontrol" antara kedua negara, termasuk "langkah-langkah verifikasi, penjaga perdamaian, dan pembekuan garis pertahanan di posisi saat ini." Langkah-langkah membangun kepercayaan juga dibahas, termasuk pengembalian anak-anak Ukraina yang dibawa oleh Rusia.

Pihak Rusia diwakili oleh Grigory Karasin, mantan diplomat yang kini menjabat sebagai ketua Komite Luar Negeri Dewan Federasi, dan Sergei Beseda, penasihat direktur Dinas Keamanan Federal. Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov, kepala delegasi Ukraina, menyatakan melalui Facebook bahwa pembicaraan AS-Ukraina mencakup proposal untuk melindungi fasilitas energi dan infrastruktur penting.

Pergeseran Kebijakan AS dan Reaksi Internasional

Perlu dicatat bahwa setelah pasukan Rusia berhasil maju pada tahun 2024, Trump membalikkan kebijakan AS terkait perang di Ukraina. Ia memulai pembicaraan bilateral dengan Moskow dan menangguhkan bantuan militer ke Ukraina, menuntut Ukraina untuk mengambil langkah-langkah guna mengakhiri konflik. Utusan khusus AS, Steve Witkoff, yang bertemu dengan Putin di Moskow pada awal Maret, berusaha meredakan kekhawatiran sekutu NATO Washington bahwa kesepakatan tersebut dapat memperkuat Rusia dan mendorong invasi ke negara-negara tetangga lainnya. Witkoff menyatakan keyakinannya bahwa Putin menginginkan perdamaian.

Janji Trump untuk mengakhiri konflik mematikan di Eropa ini telah membuat khawatir sekutu-sekutu Eropa, yang khawatir hal tersebut menandai perubahan fundamental setelah 80 tahun AS menjadikan pertahanan Eropa dari ekspansi Rusia sebagai misi utama kebijakan luar negerinya. Perang telah menewaskan atau melukai ratusan ribu orang, mengungsikan jutaan orang, dan menghancurkan seluruh kota.

Putin, yang pasukannya menginvasi Ukraina pada Februari 2022, menyatakan dukungannya terhadap proposal gencatan senjata Washington, tetapi menegaskan bahwa pasukannya akan terus berjuang hingga beberapa kondisi penting terpenuhi. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Heorhii Tykhyi, menjelaskan bahwa pihak Ukraina dan Amerika bertujuan untuk mengklarifikasi berbagai kemungkinan rezim gencatan senjata, mekanisme pemantauan dan kontrol, serta ruang lingkupnya.

Kesepakatan Gencatan Senjata Sebagian dan Eskalasi Berkelanjutan

Pada Selasa pekan lalu, Putin menyetujui proposal Trump untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi masing-masing negara selama 30 hari, dan memerintahkan militer Rusia untuk menghentikan serangan tersebut. Namun, kesepakatan ini tidak mencakup gencatan senjata menyeluruh selama 30 hari yang diinginkan AS dan didukung Kyiv. Trump menyatakan bahwa upaya untuk menghentikan eskalasi lebih lanjut dalam konflik Ukraina-Rusia "agak terkendali."

AS berharap untuk mencapai gencatan senjata luas dalam beberapa minggu, dengan menargetkan kesepakatan gencatan senjata pada 20 April, menurut laporan Bloomberg News. Terlepas dari aktivitas diplomatik yang intensif, baik Rusia maupun Ukraina melaporkan serangan yang berkelanjutan, sementara pasukan Rusia juga terus maju perlahan di Ukraina timur, wilayah yang diklaim Moskow telah dianeksasi. Situasi ini menunjukkan kerumitan dan tantangan dalam mencapai perdamaian yang berkelanjutan di tengah konflik yang berlarut-larut ini.