Upaya Inggris Mendapatkan Jaminan Keamanan AS untuk Perdamaian di Ukraina
Upaya Inggris Mendapatkan Jaminan Keamanan AS untuk Perdamaian di Ukraina
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mendesak Amerika Serikat untuk memberikan jaminan keamanan bagi pasukan penjaga perdamaian Eropa di Ukraina di masa depan. Ia menekankan bahwa hanya dengan jaminan tersebut Ukraina dapat mencapai perdamaian yang langgeng, bukan sekadar gencatan senjata sementara. Dalam kunjungannya ke Washington untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump, Starmer kembali menegaskan komitmen Inggris untuk berperan dalam misi penjaga perdamaian di Ukraina, tetapi menekankan hal tersebut hanya dapat dilakukan dengan dukungan dari Amerika Serikat.
Sejak Trump meninggalkan pendekatan yang lebih pro-Ukraina dalam menghadapi perang Rusia, Inggris dan negara-negara Eropa lainnya berupaya menunjukkan front persatuan dan meningkatkan upaya diplomatik untuk mendukung Kyiv. Namun, masih ada perbedaan pendapat mengenai pengerahan pasukan di Ukraina di masa depan. Beberapa negara Eropa, termasuk Prancis, siap untuk melakukannya, sementara yang lain, seperti Polandia, menolaknya. Rusia sekali lagi menegaskan penolakannya atas opsi pengiriman pasukan penjaga perdamaian Eropa ke Ukraina.
Bagi Starmer, bagian penting dari rencana perdamaian Ukraina adalah mengamankan apa yang disebutnya sebagai "jaminan keamanan" dari Trump, sesuatu yang belum didefinisikan secara jelas. Ia menjelaskan kepada wartawan bahwa perdamaian yang langgeng, bukan hanya gencatan senjata, membutuhkan jaminan keamanan. Meskipun detailnya masih dalam pembahasan intensif, tujuan utamanya adalah mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin untuk kembali menyerang Ukraina.
Kekhawatiran Starmer terletak pada potensi gencatan senjata tanpa jaminan keamanan, yang menurutnya hanya akan memberi Putin kesempatan untuk menunggu dan menyerang kembali. Ambisi Putin terhadap Ukraina, kata Starmer, sudah sangat jelas bagi semua orang. Sehari setelah mengumumkan peningkatan pengeluaran pertahanan—sesuatu yang sering diminta Trump kepada anggota aliansi NATO—Starmer tetap tidak terlalu optimis tentang peluang keberhasilannya di Washington. Ia menyatakan akan tetap berpegang pada prinsip-prinsip utamanya, tanpa terlalu berharap banyak.
Sebelum kedatangan Starmer, Trump menyatakan bahwa ia tidak akan memberikan jaminan keamanan yang berlebihan dan menekankan pentingnya Eropa yang berperan aktif karena letak geografisnya yang berdekatan dengan Ukraina.
Kunjungan Starmer menyusul kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Washington. Walaupun Macron dan Trump sepakat tentang pengerahan pasukan penjaga perdamaian Eropa, Macron juga tidak mendapatkan persetujuan yang pasti mengenai jaminan keamanan tersebut. Tim Perdana Menteri Inggris berharap dapat melanjutkan pendekatan persuasif yang dimulai pada makan malam dua jam bersama Trump di Trump Tower September lalu. Pertemuan tersebut digambarkan oleh pejabat Inggris sebagai pertemuan yang hangat, dengan Trump yang digambarkan sebagai tuan rumah yang ramah.
Starmer ingin memperkuat hubungan khusus antara AS dan Inggris, istilah yang pertama kali dirujuk oleh Winston Churchill setelah Perang Dunia Kedua. Namun, ia harus mengatasi beberapa perbedaan yang cukup rumit. Trump mengejutkan Eropa dengan menelepon Putin tanpa peringatan dan mengirim delegasi ke Arab Saudi untuk melakukan pembicaraan dengan Rusia tanpa melibatkan Ukraina atau Eropa. Trump bahkan menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sebagai "diktator" dan secara salah menyarankan bahwa Kyiv bertanggung jawab atas dimulainya perang.
Starmer berhati-hati untuk tetap berpegang pada posisinya—bahwa Putin memulai perang dengan invasi skala penuh pada tahun 2022, bahwa Zelenskiy terpilih secara demokratis, dan Ukraina harus dilibatkan dalam negosiasi perdamaian—tanpa menanggapi komentar Trump secara langsung. Ia menegaskan bahwa hanya ada satu agresor, yaitu Rusia, dan ketika ditanya apakah Trump sependapat, Starmer menjawab bahwa Trump menginginkan perdamaian, sama seperti semua pihak. Perbedaan pendapat terletak pada bagaimana memastikan perdamaian yang langgeng, bukan hanya gencatan senjata sementara.